F1: The Movie (2025)

Warner Bros./ Apple

Bagus untuk ukuran film hiburan. Balapannya seru, walau tidak realistis, dengan mobil-mobil asli dan sirkuit asli. Dramanya biasa saja. F1 rasa Hollywood. Benar-benar film yang digunakan untuk memperkenalkan F1 pada orang awam. Seperti kita sedang career mode di dalam game lalu dijadikan film.


Warner Bros.


Sonny Hayes (Brad Pitt) adalah pembalap tua yang kembali merasakan balap F1 bersama tim APXGP yang sedang krisis. Namun kedatangan Hayes untuk membantu tim harus menemui kesulitan karena rivalitas dari Joshua Pearce (Damson Idris), seorang pembalap muda yang masih bergejolak dan sulit diatur.


Warner Bros.

Brad Pitt menjadi Brad Pitt, pak tua keren yang hidup bebas dan tanpa beban. Cuma dia yang menjadi daya tarik utama dari segi 'film'. Karena dramanya sangat biasa. Tapi itu hal baik, sehingga kita tidak perlu mikir terlalu berat, sebagai gantinya akan diberi pengenalan soal dunia F1.

 

Warner Bros.

 

Banyak dijelaskan istilah-istilah dunia F1 di awal. Buat yang bukan fans, itu menjadi penambah pengetahuan sekaligus infodump buat memahami konfliknya. Buat fans, bisa merasakan melihat F1 dari sudut orang awam. Dan para fans pasti akan senyum-senyum sendiri melihat banyak cameo dan kejadian asli di balap F1 yang dimasukkan dalam film ini. Rasanya seperti melihat kehidupanmu sendiri dicomot untuk sebuah adegan film.

 

Warner Bros.


Beberapa fans F1 tidak menyukai film ini karena tidak menggambarkan balap F1 sebagaimana aslinya. Bisa dimengerti. Ini hanya sebuah film Hollywood yang mendompleng seting dunia F1.

Yang saya sayangkan adalah balapnya terlalu fokus pada Hayes dan Pearce. Para pembalap lain, yang menjadi cameo, hanya seperti NPC yang sekadar nongol aja. Jikapun ada yang beneran interaksi, itu cuma jadi fan service. Andai ada interaksi lebih yang berhubungan sama cerita, pasti jadi lebih realistis.

 

Warner Bros.

Contohnya ketika serempetan. Itu Hayes agresif mepetin pembalap lain harusnya ada yang membalas, atau protes lewat radio, tapi mereka cuma diem aja. Atau ketika Leclerc disalip, saya menunggu ada suara Leclerc yang ngamuk-ngamuk ke timnya. Atau ketika insiden dengan Hamilton, harusnya ada suara Hamilton marah atau paling tidak kalimat khasnya dia, "Sorry, guys."


Warner Bros.

Hal-hal seperti itulah yang membuatnya terasa kurang nyata. Balapannya bagus di sirkuit asli, dengan mobil dan pembalap asli--meski kelihatan adegannya adalah sulaman, kamera seperti balapan asli, bahkan dengan komentator asli. Tapi semua itu terasa pura-pura karena pembalap lain tidak diberi karakter dan terkesan mengalah. Andaikan diselipin juga tim radio mereka pasti bisa lebih nyata.


Warner Bros.

 

Omong-omong, buat yang bukan fans, banyak insiden di film ini memang terjadi di dunia nyata lho. Hanya saja semua itu dirangkum dalam setengah musim di film ini. Wheel gun keinjek, mobil lompat, mobil terbakar, pembalap tim kecil yang menang...

 

Warner Bros.

Sebagai hiburan, ini film yang sangat menghibur, dengan aksi tegang dan musik menggetarkan jiwa. Sebagai film, ini film yang ceritanya biasa aja, tapi dengan visual memanjakan mata dan Brad Pitt yang macho. Sebagai film tentang F1, ini tidak begitu realistis. Hanya sebagai marketing untuk mengenalkan F1 kepada penonton awam, yang digarap dengan baik.

Ikut bahagia karena film ini bisa sukses. Semoga menjadi pemicu lahirnya film balapan lain yang tidak kalah serunya. 

 

Warner Bros.

Kesimpulan, ini film yang bagus sih. Karena tahu tempat, tidak berusaha terlihat keren dengan drama sok rumit atau gimana, tapi fokus memberikan tontonan yang menghibur. Sangat rekomended.

 

Yang realistis sih bagian Ferrari disalip tim gurem...

 

Comments