![]() |
MD Pictures |
Saya termasuk yang mempertanyakan, ngapain sih dibikin sekuel? Ntar malah gak nyambung lagi ceritanya. Menuduh ini hanya aji mumpung dari kesuksesan KKN di Desa Penari. Tapi setelah nonton, ternyata bagus.
Pembuatannya terlihat niat. Dari visual yang bagus banget, seting tempat yang juga serius tanpa jalan pintas berupa CGI, dan akting yang... oke lah.
Adegan awal belum terlihat bagusnya. Berseting di pasar dan keliatan figurannya pada mondar-mandir dengan muka kaku. Tapi setelah memulai perjalanan masuk hutan dan melewati jembatan yang khas itu langsung jadi menarik. Pemandangan jembatan, hutan dan pegunungannya terlihat bagus banget. Embel-embel filmed for IMAX-nya bukan gimmick berarti. Pasti bagus banget jika ditonton di studio IMAX.
Setelah masuk ke desa dengan disambut gerbang batu dan asap sesajen yang mengepul, langsung jadi semangat nonton. Berikutnya sangat enak mengikuti ceritanya. Aktingnya mungkin masih agak kaku, tapi gak masalah. Masih bisa menyampaikan adegan dan ceritanya dengan sangat baik.
![]() |
MD Pictures |
Kisahnya mirip dengan KKN pertama. Tentang beberapa pemuda yang datang ke Desa Penari. Tapi yang ini berseting di tahun 80-an, dan Mila, si tokoh utama, yang bagus banget bodynya, datang dengan sengaja karena ingin bertemu dengan sesepuh desa.
Peralihan sutradara menjadi Kimo agak bikin khawatir, takutnya warna film akan berubah. Namun warna filmnya masih sama dengan KKN pertama. Dengan penceritaan yang tenang dan mengalir enak. Meski ada beberapa tambahan adegan sadis yang nanti kita bicarakan.
Sangat suka dengan keseriusan pembuatan filmnya yang konsisten tanpa CGI. Bangunan-bangunan kuno, ular, dan bahkan istana Badarawuhi terlihat sebagai set asli. Memang harusnya seperti inilah film horor.
![]() |
MD Pictures |
Makin ke belakang akting Maudy Effrosina sebagai Mila juga semakin baik. Makin terlihat kompleksitas dia sebagai karakter dengan beban yang harus dipikul, dan dia menggambarkannya dengan sangat baik. Keputusan yang cerdik juga dengan memilih Aming sebagai Mbah Buyut muda. Aming dan Diding Boneng terlihat setara dan mirip juga.
Tapi yang paling bagus sih akting Aulia Sarah sebagai Badarawuhi. Aura anggun, berkuasa, dan mengintimidasinya dapet banget. Salut juga buat sinematografer atau sutradaranya, yang menyajikan kemunculan Badarawuhi dengan apik seperti filmnya Spielberg. Dan ada adegan transisi yang juga keren banget. Good job lah.
![]() |
MD Pictures |
Salah satu adegan paling bagus juga: adegan ritual dan menarinya. Koreografi tarian, keluwesan para penarinya, ditambah para artisnya yang tubuhnya menari tapi wajahnya menangis, itu bagus banget penggarapannya. Adegan yang sangat rumit dan pasti sulit dibuat. Belum lagi tentang Istana Badarawuhi yang digambarkan dengan sangat pas. Tidak kurang dan tidak berlebihan juga.
Adegan paling horor sih adegan saat ditandu dan ditutupi kain tapi tangannya masih menari-nari. Itu horor banget.
Kekurangannya, ada adegan kesurupan hingga terbang/terlempar dan melukai diri sendiri. Itu adegan yang bikin tidak realistis. Jadi seperti film amrik. Rasanya tidak perlu.
![]() |
MD Pictures |
Kesimpulan. Ini film yang mirip dengan KKN pertama. Dengan upgrade visual dan tambah serius penggarapannya. Penceritaannya juga agak mikir dan dibikin twist. Agak bingung juga sih soal ritual dan urusan kawaturih. Tapi jika suka KKN pertama akan suka juga dengan film ini. Masih terlihat nyambung dengan film pertama.
Ini film yang bagus. Ceritanya solid berpegang pada budaya kejawen. Jika sering baca kisah orang diculik jin atau pembahasan dunia gaib menurut islam, kamu akan merasa bahwa cerita film ini realistis. Rasanya kebencian terhadap film ini hanya karena kesalahpahaman. Publik terbawa arus kebencian karena kesuksesannya. Atau karena tidak ada adegan gelap-gelapan dan ngagetin sehingga disebut enggak serem.
Saya jadi ingat Kangen Band yang dulu dibenci, tapi kini jadi dihormati. Rasanya film ini (KKN universe) juga begitu. Mungkin sekarang banyak dibenci. Tapi suatu hari ketika kebencian itu surut, orang akan mulai menyadari bahwa film ini bagus. Karena karya yang bagus pasti akan berumur panjang. Jadi biarkan waktu yang menjawabnya.
❖
Comments
Post a Comment